Rabu, 27 Oktober 2010

Cuaca Makin Panas, Kiamat Makin Dekat

CUACA MAKIN PANAS,
KIAMAT MAKIN DEKAT

Kamu ngerasa kan kalau cuaca makin lama makin bikin gerah? Sehari mandi dua kali tuh enggak cukup deh. Badan terus berkeringat, ketiak yang sudah diolesi deodoran masih bau juga. Rambut pun basah kuyup. AC dan kipas angin enggak berasa menyejukkan meski sudah disetel paling pol. Ah, enggak asyik banget deh.
Bukan cuma kita-kita di Indonesia yang merasa kepanasan loh. Di seluruh dunia telah berlangsung perubahan yang sangat mencolok. Suhu panas seperti sekarang ini menyimpang dari cuaca yang seharusnya. Menurut Profesor Stephen Hawking, perubahan cuaca ini menjadi ancaman besar bagi dunia bersama-sama dengan terorisme dan perang nuklir.
Ahli kosmologi serta matematika itu menyatakan bahwa baik pemanasan global maupun ancaman perang nuklir harus sama-sama ditangani dengan segera. Profesor Hawking dari University of Cambridge, Inggris, menyatakan hal tersebut di depan sekelompok ilmuwan yang menyelenggarakan acara hitung mundur Doomsday Clock, menuju Armageddon (kiamat) menjadi 2 menit lebih cepat menjadi 5 menit menuju tengah malam-lebih lengkap mengenai Doomsday Clock bisa dilahap di boks Info Instan. Pemajuan itu dilakukan berkenaan dengan mencoloknya perubahan iklim dunia serta program nuklir yang dilakukan Korea Utara serta Iran.
Info Instan
Doomsday Clock adalah jam simbolik
yang dicetuskan sejak tahun 1947 oleh
Dewan Direktur Bulletin of the Atomic
Scientists (BAS) yang berkedudukan di
Universitas Chicago, Amerika Serikat.
Jam simbolik ini mengumpamakan
bagaimana manusia berada di menit-
menit menjelang “tengah malam”. Nah,
tengah malam yang dimaksud adalah
kerusakan yang diakibatkan oleh
perang nuklir. Jam simbolik itu muncul
di sampul muka BAS sejak konsepnya
pertama kali diperkenalkan. Jumlah
menit menjelan tengah malam (ukuran
derajat ancaman nuklir) diperbarui
secara periodik. Mula-mula jam berada
di posisi 7 menit menjelang tengah
malam, yaitu bersamaan dengan Perang
Dingin di tahun 1947 dan telah 18 kali
diubah, baik dimajukan atau
dimundurkan sesuai makin dekat atau
makin jauhnya prospek perang nuklir.
“Sejak bom atom diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki, tidak ada senjata nuklir yang digunakan dalam perang. Tapi dunia beberapa kali hampir hancur karena senjata nuklir,” kata Profesor Hawking. “Kalau itu sampai terjadi dulu, kita semua telah mati.”
Beliau juga menjelaskan bahwa ilmuwan punya tanggung jawab sosial terhadap kondisi dunia yang sedang berada di tepi abad nuklir kedua serta periode perubahan cuaca yang tidak diperkirakan. Seharusnya ilmuwan sekali lagi memberi peringatan pada masyarakat dan menganjurkan para pemimpin mengenai bahaya yang dihadapi umat manusia.
“kita bisa memperkirakan akan adanya bahaya besar bila pemerintah dan masyarakat tidak mengambil tindakan untuk menghentikan perang nuklir serta mencegah perubahan cuaca lebih lanjut. Sebagai ilmuwan kita paham bahaya persenjataan nuklir serta dampaknya yang mengerikan dan kita sedang mempelajari bagaimana aktivitas manusia dan teknologi memengaruhi sisytem cuaca sedemikian rupa sehingga mengubah kehidupan kita untuk selama-lamanya di atas bumi,” papar Profesor Hawking.
Jarum-jarum Doomsday Clock dioperasikan oleh Bulletin of the Atomic Scientists (BAS) dan telah disesuaikan beberapa kali selama 60 tahun sejarahnya, terakhir kali pada tahun 2002. Waktu itu jarum jam dimajukan 7 menit ke tengah malam setelah peristiwa 11 September 2001 dan mundurnya Amerika dari Anti-Ballictic Missile Treaty.
“Bahaya yang diakibatkan perubahan cuaca hampir sama besarnya dengan bahaya akibat senjata nuklir,” terang BAS. “Efeknya mungkin kurang dramatis untuk jangka pendek bila dibandingkan dengan dampak ledakan persenjataan nuklir. Tapi untuk 3 atau 4 dekade mendatang perubahan iklim bisa mengakibatkan bahaya yang tidak bisa diperbaiki terhadap habitat bumi yang menjadi andalan masyarakat manusia untuk bisa bertahan.”
Ancaman perubahan cuaca juga ditekankan dengan pembuatan seri peta baru yang memperlihatkan secara terperinci bagaimana perubahan cuaca akan berdampak pada berbagai bagian dunia. Menurut atlas baru itu, pemanasan global di tahun 2006 akan kembali normal pada tahun 2100.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar