CLUTTER HERE, CLUTTER THERE
YUK BEBENAH, BIAR NGGAK MUMET
Waktu masuk kamar, apakah kamu merasa rileks, terkendali, dan dikelilingi oleh benda-benda yang kau sayangi? Apakah secara keseluruhan ruangan terkesan menggambarkan identitas kamu saat ini? Kalau jawabannya enggak, kemungkinan besar itu karena kamar kamu disesaki oleh pernak-pernik yang tak saling berhubungan satu sama lain (clutter). Tumpukan teenlit di pojok kanan, gulungan kertas kado d sudut kiri, gunungan majalah di meja belajar yang saling berdesak-desakan dengan koleksi boneka. Ampun deh! Ini kamar apa gudang sih?
Kelihatannya sepele ya. Tapi tahu enggak, masalah clutter ini diderita oleh banyak sekali orang, termasuk bos-bos bergaji gede. Kan enggak lucu banget yah kalau harta-benda yang kamu miliki justru menjadi beban dan hambatan. Makanya sampai muncul profesi konsultan clutter segala. Tugasnya membantu para klien membersihkan dan merapikan segala pernak-pernik sehingga ruangan (kantor maupun rumah) hingga menjadi rapi. Hasilnya, klien bergerak bebas lepas dan bisa kembali menikmati hidup mereka.
Apa siy clutter itu ?
Clutter adalah benda-benda yang tidak lagi kamu pakai atau kamu sukai. Benda-benda itu barangkali mengingatkan kamu pada masa-masa sulit dalam hidup kamu. Mungkin juga benda itu kamu miliki 10 tahun lalu padahal selera kamu saat ini sudah berbeda jauh banget. Misalnya, kamu masih menyimpan sepatu yang kamu beli dua tahun lalu karena harganya selangit padahal sekarang sudah sempit dan kuno. Mau dibuang kok sayang ya? Mungkin juga kamu masih menyimpan bingkai foto yang kacanya telah pecah berkeping-keping lantaran itu hadiah dari nenek kamu. Atau tumpukan majalah lama. Puluhan gelas plastik bekas yoghurt yang kamu simpan terus karena siapa tahu suatu saat kelak kamu butuhkan entah untuk apa. Sebotol cat kuku yang sudah kering. Dan lain-lain.
Jadi bagaimana mengurus clutter ?
Pertama, jangan panik. Mudah sekali untuk jadi panik dan kabur ke mal untuk minum eskrim ketimbang merapikan pernak-pernik tak berguna itu. Santai dong. Ini ada panduan mujarab untuk mengurus clutter dari konsultan clutter kenamaan yang berdomisili di London, Inggris, Sue Kay.
Mulailah hari ini juga
Menunda-nunda adalah kendala utama mengurus clutter. Jadi mulailah sekarang juga.
Mulailah dari area kecil
Mulailah dengan, misalnya, merapikan laci kaos kaki. Tetapkan waktu 15 menit. Pasanglah musik bersemangat untuk membuat kamu beres-beres dengan giat. Kosongkan laci dan bersihkan dengan cepat. Setiap kali menyortir benda yang kamu temukan dari laci, tanyakan pada diri sendiri mengapa kamu terus menyimpannya. Apakah kamu menyimpan kaos kaki bolongyang tidak pernah kamu pakai lagi karena kaos kaki itu dulu kesayangan kamu? Putuskan apakah kamu akan menambalnya supaya bisa dipakai kembali atau membuang untuk selama-lamanya. Banyak loh orang yang terus menyimpan kaos kaki butut yang tinggal sebelah. Kamu juga ya? Kalau kamu gagal menemukan pasangannya, relakanlah kaos kaki itu masuk keranjang sampah.
Pertahankan semangat
Bagusssss, kamu telah memulai program beres-beres dengan baik. Kalau kamu merasa bersemangat, teruskanlah program ini. Tapi ingatlah untuk selalu bekerja di satu area pada satu waktu. Tuntaskan bers-beres di tempat itu sampai selesai sebelum kamu mulai beres-beres di area lain. Tentukan durasi tertentu setiap hari, misalnya 30 menit.
Buang barang-barang butut
Setelah kamu memutuskan membuang barang-barang tertentu, cepatlah keluarkan benda-benda itu dari rumah. Jangan sampai kamu berubah pikiran.
Bagaimana rasanya?
Ketika kamu menaruh barang di keranjang sampah, kamu mungkin merasa lega. Atau malah merasa bersalah? Benda mahal atau pemberian orang rasa-rasanya memang salah banget kalau dibuang. Banyak orang yang bahkan enggak sampai hati membuang foto yang telah buram. Mereka takut kalau dalam menit mereka menyingkirkan benda itu, mereka akan membutuhkannya suatu hari nanti. Bu Sue Kay menyebut perasaan semacam itu “ghost feeling”. Memang butuh waktu kok untuk merasa terbiasa dengan ruangan baru yang rapi. Perasaan itu normal saja sebagai bagian dari proses beres-beres (decluttering process).
Jadi bagaimana kamu mengatasi perasaan-perasaan itu?
a. Benda-benda sentimentil (maksudnya yang membuat kamu merasa gimana gitu, karena ada unsure kenangan) boleh terus disimpan, tapi kamu tetap harus selektif. Baju waktu kamu masih bayi boleh deh terus disimpan barang satu-dua. Foto juga boleh, tapi yang buram dan sudah sobek kan enggak perlu ya?
b. Barang rusak harus segera ditindaklanjuti. Mau diperbaiki atau dibuang nih?
c. Hadiah memang harus dihargai. Tapi tidak semua hadiah membuat kamu berkenan, karena memang ada aja yang memberi kado asl-asalan. Jangan merasa bersalah membuang kado yang jelek yang cuma bikin semangat kamu turun.
d. Kertas tidak perlu disayang-sayang. Brosur, Koran, dan majalah Cuma jadi sarang penyakit tuh kalau dibiarkan bertumpuk-tumpuk. Buang saja, toh bisa didaur ulang. Ingat, tidak ada orang yang punya cukup waktu untuk membaca semua hal.
Penyimpanan
Sekali kamu beres-beres dan memastikan benda apa yang mau terus kamu simpan, selanjutnya kamu harus menentukan tempat penyimpanan. Untuk menjaga rumah tetap rapi, setiap benda harus punya tempat. Jadinya kan mudah ditemukan dan mudah pula disimpan kembali. Simpanlah benda-benda yang sejenis dalam satu tempat. Buku dengan buku, pensil dengan pensil, kaos kaki dengan kaos kaki, CD dengan CD, dan sebagainya. Sejumlah 20% barang-barang yang kita miliki kita gunakan selama 80% waktu kita. Karena itu simpanlah 20% benda-benda itu di tempat yang paling mudah dijangkau.
Manfaatnya
Banyak sekali manfaat yang kamu petik dengan melakukan bebenah. Ruangan menjadi lebih lapang dan kamu menjadi lebih santai. Pikiran jadi enggak mumet gitu loh.
Apa Kepribadian Clutter Kamu ?
Orang menumpuk barang karena alasan yang berlainan. Hm, kamu tuh tipe yang mana ya?
Tipe penimbun: “Suatu saat nanti kita membutuhkannya kan?”
Orang yang suka menimbun pastinya selalu merasa kekurangan, baik dari segi keuangan maupun segi-segi lainnya. Jauh di dalam hatinya, para penimbun merasa takut kalau mereka melepaskan barang tertentu, biarpun sudah rusak dan butut, mereka enggak akan sanggup lagi untuk membelinya atau takut barang itu tidak akan ditemui lagi di pasaran. Di rumah seorang penimbun pasti ada laci dan lemari yang disesaki wadah karton bekas, botol jus, kaleng susu, atau majalah usang. Tipe penimbun harus mengingatkan diri sendiri bahwa persediaan uang dan barang akan selalu ada. Yakin deh. Artikel di majalah lama bisa dicari kok di Internet, paling enggak yang miri-mirip. Iya enggak?
Tipe penyerah: “Besok aja deh mikirinnya.”
Orang yang masuk kategori penyerah paling suka deh menunda-nunda pekerjaan. Bayar tagihan? Besok aja ah. Balas surat? Nanti deh. Cuci sepatu? Entar ya. Pokoknya semua pekerjaan rumah tangga disingkirkan untuk esok hari. Tipe penyerah suka meninggalkan perabot kotor di bak cuci piring, pakaian kotor di ember, dan sebgainya. Kalau kamu termasuk tipe penyerah, ingatlah bahwa hari esok belum tentu kamu punya tenaga dan waktu untuk mengurus segala sesuatu. Karena tipe penyerah pada dasarnya penunda, obatnya ya cuma satu: action.
Tipe pemberontak: “Aku enggak mau mengerjakannya dan enggak usah maksa-maksa segala ya!”
Waktu bocah, mama kan suka menyuruh kamu memungut mainan yang kamu letakkan di sembarang tempat. Biasanya kamu melakukan perintah mama dengan wajah cemberut dan ngomel-ngomel enggak keruan. Nah begitu kamu gede, sifat keras kepala itu masih tersisa, tapi ditunjukkan dengan cara yang berbeda. Si pemberontak tak sudi menaruh pakaiannya sendiri di gantungan baju, enggak mau menyimpan mangkuk sereal kotor ke bak cuci piring. Kayak gitu-gitu deh. Seolah-olah kamu sedang membangkang pada mama ketika diminta meletakkan barang pada tempatnya. Akibatnya banyak barang kotor dan enggak perlu mengendap di tempat yang tidak sepantasnya. Jorok.
Tipe perfeksionis: “Minggu depan, saya akan merapikan segala seuatunya … dengan sempurna.”
Tipe perfeksionis adalah orang yang hebat, sayangnya mereka sangat saklek. Mereka maunya tinggal di dunia yang hebat atau tidak hidup sama sekali. Mereka sanggup melakukan pekerjaan hebat, tapi itu cuma kalau mereka mau melakukannya. Karena sifat yang serba maunya sempurna itu, tipe ini ogah banget deh melakukan pekerjaan yang sedikit saja tidak sempurna. Kalau enggak punya kesiapan waktu 100%, mereka memilih enggak melakukan apapun sama sekali. Ekstrem ya? Misalnya, seorang perfeksionis enggak mau merapikan tumpukan toples plastik kalau belum mambeli rak penyimpan yang sempurna sesuai keinginannya. Toples-toples plastik pun dibiarkan menggunung tak teratur dan jatuh kalau tersenggol. Orang seperti ini harus ingat bahwa kesempurnaan itu cuma ilusi. Nggak ada tuh yang sempurna di dunia ini.
Tipe sentimentil: “Oh it’s so sweeeeet!”
Orang-orang sentimentil mustahil mau membuang setiap benda, sespele apapun. Baju yang dipakai waktu bayi, kartu ucapan yang sudah lusuh dan tak terbaca lagi, oleh-oleh murahan yang sudah bengkok, kertas ulangan yang ponten 10, dan seterusnya dan sebagainya disimpan untuk selama-lamanya. Masalahnya kan, dalam hidup ini banyak sekali peristiwa yang bisa dikenang. Kalau semua benda yang dianggap menyimpan kenangan harus disimpan, gileeeee, rumah akan sesak dong. Plis deh. Tipe sentimentil harus belajar menyeleksi benda apa yang patut terus disimpan dan mana yang bisa disisihkan. Kenangan indah toh bisa juga disimpan dalam ingatan, bukan? Tidak mesti dalam bentuk benda lah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar